ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR
A.      Pengkajian

1.        Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

2.        Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)

Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).

1.      Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2.      Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
3.      Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4.      Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5.      Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6.      Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7.      Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8.      Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9.      Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costaae     pada garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10.  Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
11.  Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
12.  Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
13.  Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
14.  Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
B.   Analisa Data dan Perumusan Masalah
Sign / Symptorn
Kemungkinan Penyebab
Masalah
1.     Pernafasan tidak teratur, pernafasan cuping hidung,  cyanosis, ada lendir pada hidung dan mulut, tarikan inter-costal, abnormalitas gas darah arteri.
Produksi surfactan yang belum optimal
Gangguan pertukaran gas
2.Akral dingin,  cyanosis pada ekstremmitas, keadaan umum lemah, suhu tubuh dibawah   normal
-    lapisan lemak dalam kulit tipis
Resiko terjadinya hipotermia
3.Keadaan umum  lemah, reflek menghisap lemah, masih terdapat retensi  pada sonde
-    Reflek  menghisap  lemah
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4.Suhu tubuh diatas normal, tali pusat   layu, ada tanda-tanda infeksi, abnormal kadar leukosit, kulit kuning, riwayat persalinan dengan ketuban mekoncal
-     Sistem Imunitas yang belum sempurna
-    Ketuban mekonial
- Adanya tali pusat yang belum kering
Resiko terjadinya infeksi
5.Akral dingin
Ekstremitas pucat, cyanosis, hipotermi, distrostik rendah atau dibawah harga  normal.
-    Metabolisme meningkat
-    Intake yang kurang.
Resiko terjadinya hipoglikemia
6.Bayi dirawat di dalam inkubator di ruang intensif, belum ada kontak antara ibu dan bayi
Perawatan intensif
Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi.

C.  Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1.                   Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan yang belum optimal.
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3.                   Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus
4.                   Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5.                   Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial
6.      Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.

Asuhan Keperawatan pada Neonatus dengan BBLR
No
Diagnosa Perawatan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
1
Gangguan pertukaran gasb/d produksi surfactan yang belum optimal
Tujuan:
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria:
-    Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
-    Pernafasan teratur.
-    Tidak cyanosis.
-     Wajah dan seluruh tubuh
1.Letakkan bayi terlentang dengan alas yang   data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm
1.  Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi  kelancaran jalan nafas.
     Berwarna kemerahan (pink variable).
-    Gas darah normal
     PH = 7,35 – 7,45
     PCO2 = 35 mm Hg
     PO2 = 50 – 90 mmHg        
2.  Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
2.  Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
3.  Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
3.  Deteksi dini adanya kelainan.
3.     Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
4.  Mencegah terjadinya hipoglikemia
2.
Resiko terjadinya hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih tipis
Tujuan
Tidak terjadi hipotermia
Kriteria
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan
.    Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer
1.  Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat
     2. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat.
.    Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
3.  Perubahan suhu tubuh bayi dapat  menentukan tingkat hipotermia
4.  Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
4.  Mencegah terjadinya hipoglikemia
3.
Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
-    Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
1.  Lakukan observasi BAB dan  BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.
1.  Deteksi adanya kelainan pada  eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat.
-    Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
-    Retensi tidak ada.
2.  Monitor turgor dan mukosa mulut.
2.  Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
3.   Monitor intake dan out put.
3.  Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance)
4.   Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
4.  Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
5.  Lakukan control berat badan setiap hari.
5.  Penambahan dan penurunan berat badan dapat di  monito
5.  Lakukan control berat badan setiap hari.
5.  Penambahan dan penurunan berat badan dapat di  monito
4.
Resiko terjadinya infeksi
Tujuan:
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
Kriteria
1.  Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan
1.  Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah.
-    Tidak ada tanda-tanda infeksi.
-    Tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2.  Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
2.  Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
3.   Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)
3.  Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi
4.   Lakukan perawatan  tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
4.  Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat pengeringan tali pusat karena  mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan.
5.  Jaga  kebersihan (badan, pakaian) dan  lingkungan bayi.
5.  Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
6.  Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal
6.  Deteksi dini adanya kelainan
7.   Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
7.  Mencegah terjadinya penularan infeksi.
8.   Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
8.  Mencegah infeksi dari pneumonia
9.   Siapkan pemeriksaan laboratorat  sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.
9.  Sebagai pemeriksaan penunjang
5.
Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat
Tujuan:
Tidak terjadi  hipoglikemia selama masa perawatan.
Kriteria
-    Akral hangat
-    Tidak cyanosis
-    Tidak apnea
-    Suhu normal (36,5°C -37,5°C)
1.  Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.
1.  Mencega pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.
-    Distrostik normal
     (> 40 mg)
2.  beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan
2.  Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
3.  Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)
3.  Deteksi dini adanya kelainan.
4.  Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.
4.  Untuk mencegah terjadinya  hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
6.
Gangguan hubungan  interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan intensif.
Tujuan :
Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
1.  Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.
1.  Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.
Kriteria:
-    Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
2.  Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
2.  Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.
-    Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat  bayinya sendiri.
3.  Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
3.  Ketidaktahuan memperbesar stressor.
4.  Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).     
4.  Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.
5.  Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan.
5.  Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.


D.  Tahap Pelaksanaan Tindakan
                        Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).

E. Tahap Evaluasi
                        Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI1995). Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.











 Definisi
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu. (Kamus Istilah Kebidanan. Siti Maemunah, 2005)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 40 atau 42 minggu,dan berat lahir 2500 gram-4000 gram. (Bobak,2000)

2.Tujuan Perawatan Bayi Baru Lahir
a)    Tali pusat harus dijaga sekering mungkin. Tali pusat dapat diusap (dibasuh) dengan alkohol untuk menjaga agar tetap kering. Tali pusat penting dijaga kebersihannya. Ajari sang Ibu untuk segera memberitahu jika ada cairan (lendir) atau bau busuk pada tali pusat.
b)    Usap kedua mata bayi dengan kapas atau kain kasa yang kering. Hal ini dapat mencegah infeksi akibat bakteri yang dapat menyebabkan kebutaan.
c)    Suhu tubuh bayi mungkin sedikit diatas normal pada saat lahir tapi akan segera turun sampai 37,5 0C secara aksila. Denyut nadi normal biasanya sekitar 40 pernapasan permenit
d)    Ukuran bayi bermacam-macam. Bayi yang berat badannya dibawah 2.5 kilogram harus dirawat sebagai bayi kurang bulan. Bayi kurang bulan memerlukan perawatan khusus untuk menjaga agar bayi tetap hangat. Berikan bayi ASI yang cukup.
e)    Kulit bayi biasanya berwarna merah muda. Ketika bayi baru lahir mungkin ada bahan lengket dikulit yang disebut VerniksVerniks dapat dibersihkan secara hati-hati dengan mengusapkan sedikit minyak pada hari kedua. Atau biasa juga dibiarkan sampai mengelupas sendiri secara bertahap saat mandi.
f)     Feses (tinja) pertama yang dikeluarkan oleh bayi berwarna kehitaman. Warna feses berubah menjadi kuning dalam 2 atau 3 hari berikutnya.
g)    Bayi harus diberi makan (diteteki) secara teratur sejak lahir, mulai dari pemberian beberapa menit dan bertambah lama secara perlahan. Untuk hari-hari pertama payudara mengeluarkankolostrum.

3.Klasifikasi Bayi
a.    Bayi Aterm
1)    Berat badan 2500-4000 gram.
2)    Panjang badan lahir 48-52 cm.
3)    Lingkar dada 30-38 cm.
4)    Lingkar kepala 33-35 cm.
5)    Bunyi jantung janin pada menit pertama 180 x/menit.
6)    Pernapasan pada menit-menit pertama cepat 80x/menit kemudian lebih kecil setelah 40x/menit.
7)    Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
8)    Rambut lanugo telah terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
9)    Kuku agak panjang dan lemas.
10) Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun.
11) Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Refleks morro sudah baik apabila diletakkan suatu benda diletakkan  ditelapak tangan, bayi akan menggenggamnya.
13) Eliminasi baik urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama
14) Umur kehamilan 37-42 minggu
b.    Bayi Prematur
-      Berat badan kurang dari 2499 gram
-      Organ-organ tubuh imatur
-      Umur kehamilan 28-36 minggu
c.   Bayi Posmatur
-  Biasanya lebih berat dari bayi aterm
-  Tulang dan Sutura kepala lebih keras dari bayi aterm
-  Verniks kaseosa dibadan kurang
-  Kuku-kuku panjang
-  Rambut kepala agak tebal
-  Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
-  Umur kehamilan lebih dari 42 minggu

4.    APGAR SKOR
Tabel nilai APGAR
Tanda
0
1
2
Angka
A: Appereance color(Warna Kulit)
Pucat
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan-merahan
...
P: Pulse (Frekuensi jantung)
Tidak ada
<100
> 100
...
G: Grimace (Reaksi terhadap rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik
Menangis, batuk/bersin
...
A: Actifity (Tonus otot)
Lumpuh
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
Gerakan aktif
...
R: Respirasi (Usaha bernafas)
Tidak ada
Lambat/ menangis lemah
Menangis kuat
...
Jumlah total

Tabel diatas untuk menentukan kondisi bayi apakah tergolong asfiksia atau tidak

  Klasifikasi nilai APGAR
a)    Asfiksia berat : nilai Apgar 0-3
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5 %, 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus
b)    Asfiksia ringan sedang dengan nilai Apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas normal kembali
c)    Bayi normal atau sedikit asfiksia nilai Apgar 7-9
d)    Bayi normal dengan nilai Apgar 10

5. Mekanisme Kehilangan Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1.      Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bagi bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan
2.      Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Permukaan yang dingin akan menyerap panas tubuh bayi
3.      Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh bayi yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi ynag dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas
4.      Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi

6. ASI (Air Susu Ibu)
~      Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
~      ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.
~      Manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi
a)    Merupakan makanan alamiah  yang sempurna
b)    Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna
c)    Mengandung DHA dan AA yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi
d)    Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi (diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernapasan)
e)    Melindungi bayi dari alergi
f)        Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan segar
g)    Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja
h)   Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi


7. Refleks Pada Bayi
-                                                  Refleks Morro    : Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka kemudian diakhiri dengan aduksi lengan.
-                                                  Refleks Graps    : Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
-                                                  Refleks Walking  : Bila telapak kaki ditekan pada sebuah bangku atau pada suatu tempat yang datar, maka bayi akan bereaksi seperti berjalan.
-                                                  Refleks Rooting  : Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu.
-     Refleks Menelan : Timbul bila ada cairan dirongga mulut.

8. Tindakan Resusitasi Jantung Paru pada Anak / Neonatus
-      Pengertian
Resusitasi adalah upaya untuk membuka jalan napas agar udara (oksigen) masuk kedalam tubuh bayi dengan cara meniupkan napas kedalam mulut bayi dan menggerakkan jantung dengan hati-hati (resusitasi jantung) sampai bayi bernapas spontan dan jantungnya berdenyut spontan dan teratur (Departemen Kesehatan RI, 1995)
Resusitasi adalah usaha menghidupkan kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsangan jantung.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQwUYKUlZV3bfKoFnjA-D0XndAYh-klWYvDgVRTsFttGJ8xW6ajklLu6qVJSR2og5Y3q8174VV43wkDNxCESs_qfVVaT28UEz_B83nxMi2TwZCYpGglN0kiUX0Yb6XAkCGk-Ljx11X2A8/s1600/algoritma.png


ASUHAN KEPERAWATAN PADA  BAYI  BARU LAHIR
DENGAN BEDAH SESAR DI RSU GMIM “KALOORAN” AMURANG


I.    Pengkajian
      A.   Biodata
                  Nama                               :     By U. K
                   Umur                                  :     Neonatus 60 menit setelah lahir
                   Berat badan                      :     3.600 gram
                   Panjang badan                :     50 cm
                   Jenis kelamin                   :     Laki- laki
                   Tanggal lahir                    :     30 Oktober 2009 jam 03.40 WITA

                   Nama  ibu                         :     Ny J.L
                   Umur                                  :     25 Tahun
                 Agama                                 :     Kristen Protestan
 Pendidikan                     :     SMA
                   Pekerjaan                         :     IRT
                   Alamat                               :     Watulambot , Tondano

                   Nama  ayah                      :     Tn S. K
                   Umur                                  :     34 tahun
                 Agama                                 :     Kristen Protestan
 Pendidikan                     :     SMA
                   Pekerjaan                         :     Sopir
                   Alamat                               :     Watulambot , Tondano

      B.   Riwayat kelahiran sekarang
      Tanggal 30 Oktober 2009 jam 03.50 WITA lahir bayi laki-laki dengan tindakan bedah sesar dengan berat badan 3600 gram dan panjang badan 50 cm dengan APGAR skor 9-10 ditolong olehbidan dan mahasiswa.r.

C.  Pemeriksaan fisik
             1.   Kepala
Lingkar kepala 36 cm, tidak ada benjolan, persebaran rambut merata
2.   Mata
 Simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterus
           3.     Telinga
Simetris kiri dan kanan, ada lubang telinga dan ada kartilago    
           4.   Hidung
                   Ada lubang hidung, terdapat mukus yang berlebihan
             5.   Mulut
                   Palatum utuh, lidah ada, refleks menghisap (+)
      6    Leher
                   Tidak ada pembengkakan
           7.   Dada
Simetris kiri dan kanan, lingkar dada 34 cm, terlihat prosesus xipoideus
           8.  Abdomen
                Tali pusat masih basah, tidak ada benjolan, tidak kembung
           9.  Genetalia
                 Jenis kelamin perempuan, terdapat Labia
           10.  Anus
                  Ada lubang anus, pengeluaran mekonium (+)
11.   Punggung
Refleks melengkung batang tubuh aktif
           12.   Kulit
Warna merah muda, halus
           13.   Ekstremitas atas
                   Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap
           14.   Ekstremitas bawah
Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap, pergerakan aktif
15.   Tubuh
Tubuh menggigil

             APGAR Skor
Tanda
0
1
2
Setelah 1 menit
Setelah 5 menit
Warna Kulit
Pucat/ biru
Badan merah, ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
2
2
Frekuensi jantung
Tidak ada
< 100
> 100
2
2
Reaksi terhadap rangsangan
Tidak ada
Sedikit gerakan mimik
Menangis, batuk/bersin
2
2

Tonus Otot
Lumpuh
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
Gerakan aktif
2
2
Usaha bernafas
Tidak ada
Lambat/ menangis lemah
Menangis kuat
1
2
Jumlah
9
10


      D.  Pemeriksaan fisik Bayi
-      Pengukuran umum
Lingkar kepala       : 36 cm
Lingkar dada          : 34 cm
Lingkar lengan       : 11 cm
Berat badan           : 3.600 gram
Panjang badan       : 50 cm

-   Tanda-tanda vital :
Nadi              : 160 x/menit
Respirasi      : 36 x/menit
Suhu badan  : 36,2 C
                                
E.   Pengelompokan Data
*      Data Subjektif
-
*      Data Objektif
-  Terdapat air ketuban  pada saluran napas
-   Bayi bersin dan batuk
-  Tubuh menggigil
-  Suhu tubuh 36,2 0C
-    Tali pusat masih basah, terdapat Luka, Panjang tali pusat 5 cm
-    Akral dingin
-    Pernapasan ireguler 36x/m



F.   Analisa Data
Data
Penyebab
Masalah
          Ds.   -

 Do.-  Terdapat sisa air ketuban pada saluran napas
               - Bayi bersin dan                      batuk
               -  Pernapasan   ireguler 36x/m
Bayi baru lahir


Dinding alveoli terbungkus oleh cairan

Merangsang sekresi surfaktan
                                                                   
Adanya tekanan negatif
      
Alveoli mengembang
     
Mukus dieksresikan ke jalan napas

Tertumpuknya mukus pada saluran napas
Bersihan jalan napas tak efektif
          Ds.  -

          Do.:
- Tubuh menggil
- Suhu badan 36,2 0C
- Bayi gemetar
Terpajan dengan lingkungan ekstrauteri
Tubuh beradaptasi dengan lingkungan
Proses pelepasan panas yang berlebihan

Suhu tubuh menurun
Risiko penurunan suhu tubuh
Ds
-
Do
-    Tali pusat masih basah
-    Panjang ± 5 cm
Terpotong tali pusat
  
Luka

Jalan masuk (port d entree mikroorganisme

Resiko infeksi
Risiko infeksi

II.   Diagnosa Keperawatan
      1.   Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan tertumpuknya mukus pada saluran napas ditandai dengan :
Ds : -
Do :- Terdapat air ketuban pada saluran napas
-Bayi bersin dan batuk
-  Pernapasan Ireguler 36x/m

2.    Risiko penurunan suhu tubuh berhubungan dengan proses pelepasan panas yang berlebihan yang ditandai dengan :
Ds : -
Do : - Tubuh menggigil
- Suhu badan 36,2 C
- Akral dingin

3.    Risiko infeksi b/d terpotongnya tali pusat yang ditandai dengan :
             Ds : -
Do :  Tali pusat masih basah
         Panjang tali pusat 5 cm



No.
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Bersihan jalan nafas tak efektif b/d tertumpuknyamukus pada saluran napas ditandai dengan
Ds : -
Do : Terdapat mukus yang berlebihan pada saluran napas
Bersihan jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil :
-  Mukus pada saluran pernapasan berkurang
1.    Hisap mukus pada saluran napas




2.    Atur posisi tidur bayi






3.    Observasi vital sign
1.  Untuk membantu mengeluarkanmukus dengan cepat dan membersihkan jalan napas.
2.  Posisi yang tepat dapat membantu mengeluarkan mukus yang ada pada saluran pernapasan
3.  Untuk mengetahui pernapasan bayi dan untuk menentukan intervensi berikutnya
1. Menghisap mukus yang ada pada saluran napas melalui mulut dan hidung menggunakanslim suigher.
2. Mengatur posisi bayi yaitu miring kiri dan miring kanan




3. Mengobservasi vital sign :
-   N :160x/menit
-   R : 40x/menit
-   Sb : 36,2 o C
S : -
O :
-       Mukus pada saluran pernapasan berkurang
-       Pernapasan bayi normal yaitu : 40 x/menit
A. Masalah teratasi sebagian
P. Tindakan dilanjutkan
2
Risiko penurunan suhu tubuh b/d proses pelepasan panas yang berlebihan yang ditandai dengan
Ds : -
Do :
      Tubuh menggigil
      Suhu badan 36,2 0C
Tidak terjadi penurunan suhu tubuh dengan kriteria hasil : pertahankan suhu tubuh  36-37 oC
1.    Bersikan bayi dengan tidak terlalu


2.    Keringkan tubuh bayi






3.    Pantau suhu tubuh bayi


4.    Tempatkan bayi dalam lingkungan hangat
1.  Membersihkan bayi dari kotoran yang ada di tubuh

2.  Mencegah kehilangan panas akibat perpindahan lingkungan



3.  Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi 8-12 jam setelah lahir
4.  Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
1. Membersihkan bayi dari sisa-sisa lendir dan darah menggunakan kain bedung
2. Menghindarkan tubuh bayi dan memakaikan pakaian serta membungkus bayi dengan menggunakan selimut hangat
3. Memantau suhu tubuh bayi, suhu badan 36,40S
4. Menempatkan bayi dalam lingkungan hangat
S.:-
O. Sb. 36,4 0C  
A. Masalah tidak terjadi
P. Pertahankan intervensi keperawatan




3
Risiko infeksi b/d terpotongnya tali pusat yang ditandai dengan :
Ds : -
Do :  Tali pusat masih basah
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil :
-         tidak ada tanda-tanda infeksi
-         tali pusat kering, tidak bau, tidak ada nana dan tidak ada perdara
1.    Cuci tangan sebelum merawat tali pusat



2.    Kaji keadaan tali pusat dari tanda-tanda infeksi

3.    Rawat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik

4.    Latih dan demonstrasikan pada ibu dan keluarga cara merawat tali pusat
1.    Mencuci tangan adalah faktor yang penting untuk melindungi bayi baru lahir dari infeksi
2.    Mengetahui tanda-tanda infeksi


3.    Mencegah terjadinya infeksi


4.    Meningkatkan pemahaman tentang cara merawat tali pusat yang baik
1.  Mencuci tangan dengan sabun sebelum merawat tali pusaat


2.  Mengkaji keadaan tali pusat, tidak bau, tidak ada nana dan tidak ada perdarahan
3.  Merawat tali pusat dengan gaas alkohol setiap selesai mandi


4.  Mendemonstrasikan kepada ibu dan keluarga cara merawat tali pusat dengan menggunakan gaas beralkohol yang dibungkus pada tali pusat
S : -
O :
-        tali pusat masih basa
-        vital sign : suhu badan 36 oC, nadi : 140 x/menit, respirasi 40 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi keperawatan




Komentar