ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
Asuhan
Keperawatan Pada Neonatus dengan BBLR
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan
Data subyektif terdiri
dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura
A, 1997 : 6).
Riwayat
kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari
riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes
mellitus, kardiovaskuler dan paru.
Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
Riwayat
post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan
cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi,
asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar
belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu
melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
Hubungan
psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi
akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran
dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi
Nasrul, 1995)
Keadaan
umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Tanda-tanda
Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal
tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada
bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A,
1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk
menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
1. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
3. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap
cahaya.
4. Hidung
terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
5. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
9. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
11. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
12. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
13. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
14. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan
Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat
yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan
Bilirubin : > 10 mg/dl
B. Analisa Data dan Perumusan Masalah
Sign / Symptorn
|
Kemungkinan Penyebab
|
Masalah
|
1. Pernafasan tidak
teratur, pernafasan cuping hidung, cyanosis, ada lendir pada hidung dan
mulut, tarikan inter-costal, abnormalitas gas darah arteri.
|
Produksi surfactan yang belum optimal
|
Gangguan pertukaran gas
|
2.Akral dingin, cyanosis pada
ekstremmitas, keadaan umum lemah, suhu tubuh dibawah normal
|
- lapisan lemak dalam
kulit tipis
|
Resiko terjadinya
hipotermia
|
3.Keadaan umum lemah, reflek menghisap
lemah, masih terdapat retensi pada sonde
|
- Reflek menghisap lemah
|
Resiko gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
|
4.Suhu tubuh diatas normal, tali
pusat layu, ada tanda-tanda infeksi, abnormal kadar leukosit, kulit
kuning, riwayat persalinan dengan ketuban mekoncal
|
-
Sistem Imunitas yang belum sempurna
- Ketuban mekonial
- Adanya tali pusat yang belum kering
|
Resiko terjadinya infeksi
|
5.Akral dingin
Ekstremitas pucat, cyanosis, hipotermi, distrostik rendah atau
dibawah harga normal.
|
- Metabolisme meningkat
- Intake yang kurang.
|
Resiko terjadinya
hipoglikemia
|
6.Bayi dirawat di dalam inkubator di ruang
intensif, belum ada kontak antara ibu dan bayi
|
Perawatan intensif
|
Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi.
|
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR antara lain:
1.
Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan produksi surfactan
yang belum optimal.
2. Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah.
3.
Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme
tubuh neonatus
4.
Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis
5.
Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering,
imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial
6. Gangguan hubungan
interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.
Asuhan Keperawatan
pada Neonatus dengan BBLR
No
|
Diagnosa Perawatan
|
Tujuan dan Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan pertukaran
gasb/d produksi surfactan yang belum optimal
|
Tujuan:
Kebutuhan O2 bayi terpenuhi
Kriteria:
- Pernafasan normal 40-60
kali permenit.
- Pernafasan teratur.
- Tidak cyanosis.
-
Wajah dan seluruh tubuh
|
1.Letakkan bayi
terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit
tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi
sehingga bahu terangkat 2-3 cm
|
1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
|
Berwarna kemerahan
(pink variable).
- Gas darah normal
PH = 7,35 – 7,45
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90
mmHg
|
2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
|
2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari
lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
|
||
3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
|
3. Deteksi dini adanya kelainan.
|
|||
3. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian
O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri
|
4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
|
|||
2.
|
Resiko terjadinya
hipotermi b/d lapisan lemak pada kulit yang masih tipis
|
Tujuan
Tidak terjadi hipotermia
Kriteria
Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C
Akral hangat
Warna seluruh tubuh kemerahan
|
. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar
panas (infant warmer
|
1. Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat
|
2. Singkirkan kain yang sudah dipakai
untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas
handuk / kain yang kering dan hangat.
|
. Mencegah kehilangan tubuh melalui
konduksi.
|
|||
3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
|
3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan
tingkat hipotermia
|
|||
4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
|
4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
|
|||
3.
|
Resiko gangguan penemuan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah.
|
Tujuan:Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
- Bayi dapat minum pespeen
/ personde dengan baik.
|
1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan
frekuensi serta konsistensi.
|
1. Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan
segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat.
|
- Berat badan tidak turun
lebih dari 10%.
- Retensi tidak ada.
|
2. Monitor turgor dan mukosa mulut.
|
2. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.
|
||
3.
Monitor intake dan out put.
|
3. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance)
|
|||
4. Beri
ASI/PASI sesuai kebutuhan.
|
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
|
|||
5. Lakukan control berat badan setiap hari.
|
5. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di
monito
|
|||
5. Lakukan control berat badan setiap hari.
|
5. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di
monito
|
|||
4.
|
Resiko terjadinya
infeksi
|
Tujuan:
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi)
Kriteria
|
1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam
memberikan asuhan keperawatan
|
1. Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang /
rendah.
|
- Tidak ada tanda-tanda
infeksi.
- Tidak ada gangguan
fungsi tubuh.
|
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
|
2. Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
|
||
3. Pakai
baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)
|
3. Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi
|
|||
4.
Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.
|
4. Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat
pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur,
desinfektan.
|
|||
5. Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan
lingkungan bayi.
|
5. Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
|
|||
6. Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala kardinal
|
6. Deteksi dini adanya kelainan
|
|||
7.
Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
|
7. Mencegah terjadinya penularan infeksi.
|
|||
8.
Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
|
8. Mencegah infeksi dari pneumonia
|
|||
9.
Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan
DL, CRP.
|
9. Sebagai pemeriksaan penunjang
|
|||
5.
|
Resiko terjadinya
hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat
|
Tujuan:
Tidak terjadi hipoglikemia
selama masa perawatan.
Kriteria
-
Akral hangat
-
Tidak cyanosis
-
Tidak apnea
- Suhu normal (36,5°C -37,5°C)
|
1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta
monitor setiap pemberian nutrisi.
|
1. Mencega pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk
pemantauan intake dan out put.
|
- Distrostik normal
(> 40 mg)
|
2. beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu
lingkungan
|
2. Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses
pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada
suhu bayi.
|
||
3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)
|
3. Deteksi dini adanya kelainan.
|
|||
4. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan
laborat yaitu distrostik.
|
4. Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih
lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
|
|||
6.
|
Gangguan
hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan dengan perawatan
intensif.
|
Tujuan :
Terjadinya hubungan
batin antara bayi dan ibu.
|
1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya
sekarang.
|
1. Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi
kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga.
|
Kriteria:
- Ibu dapat segera menggendong dan meneteki
bayi.
|
2. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
|
2. Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi.
|
||
- Bayi segera pulang dan ibu dapat
merawat bayinya sendiri.
|
3. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
|
3. Ketidaktahuan memperbesar stressor.
|
||
4. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh
kaca pembatas).
|
4. Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun
hanya melalui kaca pembatas.
|
|||
5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika
keadaan bayi memungkinkan.
|
5. Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu
dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.
|
|||
D. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI,
1995).
E. Tahap Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian
pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan (Santosa NI, 1995). Evaluasi
dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas
kesehatan yang lain. Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan
keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria
evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil
bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria
evaluasi.
Definisi
Neonatus adalah bayi
baru lahir sampai usia 4 minggu. (Kamus Istilah Kebidanan. Siti Maemunah,
2005)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dari kehamilan 40 atau 42 minggu,dan berat lahir 2500 gram-4000 gram.
(Bobak,2000)
2.Tujuan Perawatan Bayi
Baru Lahir
a) Tali pusat harus dijaga
sekering mungkin. Tali pusat dapat diusap (dibasuh) dengan alkohol untuk
menjaga agar tetap kering. Tali pusat penting dijaga kebersihannya. Ajari sang
Ibu untuk segera memberitahu jika ada cairan (lendir) atau bau busuk pada tali
pusat.
b) Usap kedua mata bayi
dengan kapas atau kain kasa yang kering. Hal ini dapat mencegah infeksi akibat
bakteri yang dapat menyebabkan kebutaan.
c) Suhu tubuh bayi mungkin
sedikit diatas normal pada saat lahir tapi akan segera turun sampai 37,5 0C
secara aksila. Denyut nadi normal biasanya sekitar 40 pernapasan permenit
d) Ukuran bayi
bermacam-macam. Bayi yang berat badannya dibawah 2.5 kilogram harus dirawat
sebagai bayi kurang bulan. Bayi kurang bulan memerlukan perawatan khusus untuk
menjaga agar bayi tetap hangat. Berikan bayi ASI yang cukup.
e) Kulit bayi biasanya
berwarna merah muda. Ketika bayi baru lahir mungkin ada bahan lengket dikulit
yang disebut Verniks. Verniks dapat dibersihkan
secara hati-hati dengan mengusapkan sedikit minyak pada hari kedua. Atau biasa
juga dibiarkan sampai mengelupas sendiri secara bertahap saat mandi.
f) Feses (tinja) pertama
yang dikeluarkan oleh bayi berwarna kehitaman. Warna feses berubah menjadi
kuning dalam 2 atau 3 hari berikutnya.
g) Bayi harus diberi makan
(diteteki) secara teratur sejak lahir, mulai dari pemberian beberapa menit dan
bertambah lama secara perlahan. Untuk hari-hari pertama payudara mengeluarkankolostrum.
3.Klasifikasi Bayi
a. Bayi Aterm
1) Berat badan 2500-4000
gram.
2) Panjang badan lahir 48-52
cm.
3) Lingkar dada 30-38 cm.
4) Lingkar kepala 33-35 cm.
5) Bunyi jantung janin pada
menit pertama 180 x/menit.
6) Pernapasan pada
menit-menit pertama cepat 80x/menit kemudian lebih kecil setelah 40x/menit.
7) Kulit kemerah-merahan dan
licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
8) Rambut lanugo telah
terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
9) Kuku agak panjang dan
lemas.
10) Pada bayi perempuan labia
mayora sudah menutupi labia minora, pada bayi laki-laki testis sudah turun.
11) Refleks menghisap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Refleks morro sudah baik
apabila diletakkan suatu benda diletakkan ditelapak tangan, bayi
akan menggenggamnya.
13) Eliminasi baik urine dan
mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama
14) Umur kehamilan 37-42
minggu
b. Bayi Prematur
- Berat badan kurang dari
2499 gram
- Organ-organ tubuh imatur
- Umur kehamilan 28-36
minggu
c. Bayi
Posmatur
- Biasanya lebih berat dari
bayi aterm
- Tulang dan Sutura kepala
lebih keras dari bayi aterm
- Verniks kaseosa dibadan kurang
- Kuku-kuku panjang
- Rambut kepala agak tebal
- Kulit agak pucat dengan
deskuamasi epitel
- Umur kehamilan lebih dari
42 minggu
4. APGAR SKOR
Tabel nilai APGAR
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Angka
|
A: Appereance color(Warna Kulit)
|
Pucat
|
Badan merah, ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh kemerahan-merahan
|
...
|
P: Pulse (Frekuensi
jantung)
|
Tidak ada
|
<100
|
> 100
|
...
|
G: Grimace (Reaksi
terhadap rangsangan)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerakan mimik
|
Menangis, batuk/bersin
|
...
|
A: Actifity (Tonus otot)
|
Lumpuh
|
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
|
...
|
R: Respirasi (Usaha bernafas)
|
Tidak ada
|
Lambat/ menangis lemah
|
Menangis kuat
|
...
|
Jumlah total
|
Tabel diatas untuk menentukan kondisi bayi
apakah tergolong asfiksia atau tidak
❇ Klasifikasi nilai APGAR
a) Asfiksia berat : nilai
Apgar 0-3
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pemberian
oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, perlu
diberikan natrikus bikarbonat 7,5 %, 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus
b) Asfiksia ringan sedang
dengan nilai Apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi
dapat bernapas normal kembali
c) Bayi normal atau sedikit
asfiksia nilai Apgar 7-9
d) Bayi normal dengan nilai
Apgar 10
5. Mekanisme Kehilangan
Panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama bagi bayi
kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan
2. Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Permukaan yang dingin akan menyerap panas tubuh bayi
3. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh bayi
yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi ynag
dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami
kehilangan panas
4. Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang
terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi
6. ASI (Air Susu Ibu)
~ Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan
sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
~ ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI
tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
berusia 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.
~ Manfaat ASI (Air Susu Ibu) bagi bayi
a) Merupakan makanan alamiah yang
sempurna
b) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna
c) Mengandung DHA dan AA yang
bermanfaat untuk kecerdasan bayi
d) Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi
dari berbagai penyakit infeksi (diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan
gangguan pernapasan)
e) Melindungi bayi dari alergi
f) Aman
dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan kepada bayi dalam keadaan
segar
g) Tidak akan pernah basi,
mempunyai suhu yang tepat, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja
h) Membantu memperbaiki
refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi
7. Refleks Pada Bayi
- Refleks Morro :
Dapat dilihat bila bayi dikagetkan atau sekonyong-konyong digerakan akan
terjadi refleks baru abduksi dan ekstensi. Lengan dan tangannya terbuka
kemudian diakhiri dengan aduksi lengan.
- Refleks Graps :
Bila telapak dirangsang tangan akan memberi reaksi seperti menggenggam.
- Refleks
Walking : Bila telapak kaki ditekan pada sebuah bangku atau pada
suatu tempat yang datar, maka bayi akan bereaksi seperti berjalan.
- Refleks
Rooting : Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh kearah
sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan
berusaha mencari puting untuk menyusu.
- Refleks
Menelan : Timbul bila ada cairan dirongga mulut.
8. Tindakan Resusitasi
Jantung Paru pada Anak / Neonatus
- Pengertian
Resusitasi adalah upaya untuk membuka jalan
napas agar udara (oksigen) masuk kedalam tubuh bayi dengan cara meniupkan napas
kedalam mulut bayi dan menggerakkan jantung dengan hati-hati (resusitasi
jantung) sampai bayi bernapas spontan dan jantungnya berdenyut spontan dan
teratur (Departemen Kesehatan RI, 1995)
Resusitasi adalah usaha menghidupkan
kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsangan jantung.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI BARU LAHIR
DENGAN BEDAH SESAR DI RSU
GMIM “KALOORAN” AMURANG
I. Pengkajian
A. Biodata
Nama : By
U. K
Umur : Neonatus
60 menit setelah lahir
Berat
badan : 3.600
gram
Panjang
badan : 50
cm
Jenis
kelamin : Laki-
laki
Tanggal
lahir : 30
Oktober 2009 jam 03.40 WITA
Nama ibu : Ny
J.L
Umur : 25
Tahun
Agama : Kristen
Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Watulambot
, Tondano
Nama ayah : Tn
S. K
Umur : 34
tahun
Agama : Kristen
Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Watulambot
, Tondano
B. Riwayat
kelahiran sekarang
Tanggal 30 Oktober
2009 jam 03.50 WITA lahir bayi laki-laki dengan tindakan bedah sesar dengan
berat badan 3600 gram dan panjang badan 50 cm dengan APGAR skor 9-10 ditolong
olehbidan dan mahasiswa.r.
C. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Lingkar kepala 36 cm, tidak ada benjolan,
persebaran rambut merata
2. Mata
Simetris kiri dan kanan, sklera tidak
ikterus
3. Telinga
Simetris kiri dan kanan, ada lubang telinga
dan ada kartilago
4. Hidung
Ada
lubang hidung, terdapat mukus yang berlebihan
5. Mulut
Palatum utuh, lidah
ada, refleks menghisap (+)
6 Leher
Tidak
ada pembengkakan
7. Dada
Simetris kiri dan kanan, lingkar dada 34 cm, terlihat
prosesus xipoideus
8. Abdomen
Tali
pusat masih basah, tidak ada benjolan, tidak kembung
9. Genetalia
Jenis
kelamin perempuan, terdapat Labia
10. Anus
Ada
lubang anus, pengeluaran mekonium (+)
11. Punggung
Refleks melengkung batang tubuh aktif
12. Kulit
Warna merah muda, halus
13. Ekstremitas
atas
Simetris
kiri dan kanan, jari-jari lengkap
14. Ekstremitas
bawah
Simetris kiri dan kanan, jari-jari lengkap,
pergerakan aktif
15. Tubuh
Tubuh menggigil
APGAR
Skor
Tanda
|
0
|
1
|
2
|
Setelah 1 menit
|
Setelah 5 menit
|
Warna Kulit
|
Pucat/ biru
|
Badan merah, ekstremitas biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
2
|
2
|
Frekuensi jantung
|
Tidak ada
|
< 100
|
> 100
|
2
|
2
|
Reaksi terhadap rangsangan
|
Tidak ada
|
Sedikit gerakan mimik
|
Menangis, batuk/bersin
|
2
|
2
|
Tonus Otot
|
Lumpuh
|
Ekstremitas dalam fleksi sedikit
|
Gerakan aktif
|
2
|
2
|
Usaha bernafas
|
Tidak ada
|
Lambat/ menangis lemah
|
Menangis kuat
|
1
|
2
|
Jumlah
|
9
|
10
|
D. Pemeriksaan
fisik Bayi
- Pengukuran umum
Lingkar
kepala : 36 cm
Lingkar
dada : 34 cm
Lingkar
lengan : 11 cm
Berat
badan : 3.600
gram
Panjang
badan : 50 cm
- Tanda-tanda vital :
Nadi :
160 x/menit
Respirasi :
36 x/menit
Suhu badan : 36,2 o C
E. Pengelompokan
Data
* Data Subjektif
-
* Data Objektif
- Terdapat air
ketuban pada saluran napas
- Bayi bersin dan batuk
- Tubuh menggigil
- Suhu tubuh 36,2 0C
- Tali pusat masih basah,
terdapat Luka, Panjang tali pusat 5 cm
- Akral dingin
- Pernapasan ireguler 36x/m
F. Analisa Data
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
|||
Ds. -
Do.- Terdapat sisa air ketuban pada
saluran napas
-
Bayi bersin
dan batuk
- Pernapasan ireguler
36x/m
|
Bayi baru lahir
Dinding alveoli
terbungkus oleh cairan
Merangsang sekresi surfaktan
Adanya tekanan negatif
Alveoli mengembang
Mukus dieksresikan ke
jalan napas
Tertumpuknya mukus pada saluran napas
|
Bersihan
jalan napas tak efektif
|
|||
Ds. -
Do.:
-
Tubuh menggil
-
Suhu badan 36,2 0C
-
Bayi gemetar
|
Terpajan dengan lingkungan ekstrauteri
Tubuh beradaptasi dengan lingkungan
Proses pelepasan panas yang berlebihan
Suhu tubuh menurun
|
Risiko
penurunan suhu tubuh
|
|||
Ds
-
Do
- Tali pusat masih
basah
- Panjang
± 5 cm
|
Terpotong tali pusat
Luka
Jalan
masuk (port d entree mikroorganisme
Resiko infeksi
|
Risiko
infeksi
|
II. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan
jalan napas tak efektif berhubungan dengan tertumpuknya mukus pada saluran
napas ditandai dengan :
Ds : -
Do :- Terdapat air ketuban pada saluran napas
-Bayi bersin dan batuk
- Pernapasan Ireguler 36x/m
2. Risiko penurunan suhu
tubuh berhubungan dengan proses pelepasan panas yang berlebihan yang ditandai
dengan :
Ds : -
Do : - Tubuh menggigil
- Suhu badan 36,2 C
- Akral dingin
3. Risiko infeksi b/d
terpotongnya tali pusat yang ditandai dengan :
Ds : -
Do : Tali pusat masih basah
Panjang
tali pusat 5 cm
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||||
1
|
Bersihan jalan nafas tak efektif b/d
tertumpuknyamukus pada saluran napas ditandai dengan
Ds : -
Do : Terdapat mukus yang berlebihan pada
saluran napas
|
Bersihan jalan napas kembali efektif dengan
kriteria hasil :
- Mukus pada
saluran pernapasan berkurang
|
1. Hisap mukus pada
saluran napas
2. Atur posisi tidur bayi
3. Observasi vital sign
|
1. Untuk membantu
mengeluarkanmukus dengan cepat dan membersihkan jalan napas.
2. Posisi yang tepat dapat membantu
mengeluarkan mukus yang ada pada saluran pernapasan
3. Untuk mengetahui
pernapasan bayi dan untuk menentukan intervensi berikutnya
|
1. Menghisap mukus yang
ada pada saluran napas melalui mulut dan hidung menggunakanslim suigher.
2. Mengatur posisi bayi
yaitu miring kiri dan miring kanan
3. Mengobservasi vital sign
:
- N :160x/menit
- R : 40x/menit
- Sb : 36,2 o C
|
S
: -
O
:
- Mukus pada saluran
pernapasan berkurang
- Pernapasan bayi normal
yaitu : 40 x/menit
A. Masalah teratasi sebagian
P. Tindakan dilanjutkan
|
2
|
Risiko penurunan suhu tubuh b/d proses
pelepasan panas yang berlebihan yang ditandai dengan
Ds : -
Do :
– Tubuh menggigil
– Suhu badan 36,2 0C
|
Tidak
terjadi penurunan suhu tubuh dengan kriteria hasil : pertahankan suhu
tubuh 36-37 oC
|
1. Bersikan bayi dengan
tidak terlalu
2. Keringkan tubuh bayi
3. Pantau suhu tubuh bayi
4. Tempatkan bayi dalam
lingkungan hangat
|
1. Membersihkan bayi dari
kotoran yang ada di tubuh
2. Mencegah kehilangan panas
akibat perpindahan lingkungan
3. Stabilisasi suhu mungkin
tidak terjadi 8-12 jam setelah lahir
4. Mencegah kehilangan panas
melalui konduksi
|
1. Membersihkan bayi dari
sisa-sisa lendir dan darah menggunakan kain bedung
2. Menghindarkan tubuh bayi
dan memakaikan pakaian serta membungkus bayi dengan menggunakan selimut
hangat
3. Memantau suhu tubuh bayi,
suhu badan 36,40S
4. Menempatkan bayi dalam
lingkungan hangat
|
S.:-
O.
Sb. 36,4 0C
A. Masalah tidak terjadi
P. Pertahankan intervensi keperawatan
|
3
|
Risiko infeksi b/d terpotongnya tali
pusat yang ditandai dengan :
Ds
: -
Do
: Tali pusat masih basah
|
Infeksi
tidak terjadi dengan kriteria hasil :
- tidak ada tanda-tanda
infeksi
- tali pusat kering, tidak
bau, tidak ada nana dan tidak ada perdara
|
1. Cuci tangan sebelum
merawat tali pusat
2. Kaji keadaan tali pusat
dari tanda-tanda infeksi
3. Rawat tali pusat dengan
teknik aseptik dan antiseptik
4. Latih dan demonstrasikan
pada ibu dan keluarga cara merawat tali pusat
|
1. Mencuci tangan adalah
faktor yang penting untuk melindungi bayi baru lahir dari infeksi
2. Mengetahui tanda-tanda
infeksi
3. Mencegah terjadinya
infeksi
4. Meningkatkan pemahaman
tentang cara merawat tali pusat yang baik
|
1. Mencuci tangan dengan
sabun sebelum merawat tali pusaat
2. Mengkaji keadaan tali
pusat, tidak bau, tidak ada nana dan tidak ada perdarahan
3. Merawat tali pusat dengan
gaas alkohol setiap selesai mandi
4. Mendemonstrasikan kepada
ibu dan keluarga cara merawat tali pusat dengan menggunakan gaas beralkohol
yang dibungkus pada tali pusat
|
S
: -
O
:
- tali pusat masih basa
- vital sign : suhu badan
36 oC, nadi : 140 x/menit, respirasi 40 x/menit
A
: masalah teratasi sebagian
P
: lanjutkan intervensi keperawatan
|
Komentar
Posting Komentar